Tatiek
Kancaniati
Sosok ini akan membuat batin bergetar.
Kecintaan terhadap desa dapat memberi makna kepada prikemanusiaan. Kita akan
dibuat rindu dengan kesyahduan desa, sensasi yang lama tergerus dari kerasnya
kehidupan kota.
Membina Diri
Tatiek Kancaniati dibesarkan dalam keluarga yang
ayahnya seorang tentara dan dan ibu saya seorang bidan. Masa kecil dihabiskan
di lingkungan asrama TNI di wilayah rumah sakit
khusus tentara. Dalam keseharian ia melihat aktivitas pelayanan
kesehatan dan pengabdian masyarakat lainya. Meski ayanya
berlatarbelakang militer, namun bukan berarti Tatiek menjalani pendidikan yang
kaku atau keras. Ibunya seorang yang lembut penyayang, selain itu sebagai anak
bungsu dari 5 bersaudara, Tatiek mendapat limpahan perhatian dari
kakak-kakaknya.
Ketika kecil Tatiek sering menyertai ibunya masuk ke desa-desa membantu ibu-ibu melahirkan hingga
ke wilayah terpelosok.
Ia
terkesan melihat ketulusan pengabdian
sang ibu
tanpa mengeluh letih dan selalu memberikan yang
terbaik. Bukan hanya membantu pasien melahirkan, ibunya
memberikan jasa memandikan
bayi sampai mengurut badan ibu yang baru melahirkan tersebut. “Subahanallah contoh akhlak mamah begitu nempel
dalam ingatan saya. Dan inilah yang menjadikan saya
sangat ingin selalu memberikan yang terbaik untuk orang
lain,” tutur Ttaiek. Kondisi itulah yang mempengaruhi
karakter wanita kelahiran Bogor, 1 Oktober 1974 ini menjadi sosok yang senang
menolong orang lain.
Walau memiliki kakak perempuan tapi Tatiek lebih dekat dengan tiga
orang kakak laki-lakinya. Jadilah
Tatiek suka tantangan dan senang
berpetualang mencari pengalaman baru. Sejak
sekolah dasar hingga SMP, ia aktif di kegiatan kepramukaan hingga ke tingkat
nasional. Masa-masa sekolah dipenuhi berbagai kegiatan bermanfaat, seperti mayoret
drumband, sangar menyanyi, OSIS, Paskibra, ketua Rohis, lomba cerdas
cermat di TVRI, lomba Mojang dan Jajaka dan lainnya.
Tatiek menuturkan, “Selama mengisi masa remaja, saya selalu aktif dengan
kegiatan-kegiatan postif. Sehingga saya alhamdulillah tidak mengenal istilah
pacaran atau pergaulan bebas. Justru saya cukup disegani di sekolah dan memiliki banyak
teman yang postif.” Dia pun melanjutkan studi ke Institut
Pertanian Bogor (IPB), Akta IV IKIP Jakarta dan Ilmu Komunikasi
Penyiaran Islam Universitas Sahid.
Membina Desa
Sejak menikah dengan Herman Budianto, Tatiek beserta keluarga menetap di kota Depok selama 7 tahun. Hidup di tengah
perumahan membuat dirinya dan anak-anak merasa jenuh. Akhirnya, tahun 2006 Tatiek memutuskan kembali
ke kampung halaman di Tegal Waru, Bogor karena kondisi kesehatan anak-anak yang
membutuhkan terapi udara segar. Itu tak terlepas dari kondisi anaknya yang
terserang flek paru-paru. Keputusan pindah ke desa ini suatu hal yang
spektakuler, sebab Tatiek harus melepaskan karirnya di sejumlah perusahaan
maupun LSM yang terkenal.
Awal kepindahan ke desa yang tidak
begitu manis, justru menjadi tonggak sejarah baginya berbuat untuk umat. Sejak menetap
di pedesaan yang alamnya syahdu, Tatiek mulai berpikir menjadi motor penggerak pengembangan
masyarakat. Dia bertekad menebar
kebaikan yang lebih dibanding kegiatan sosialnya di Depok yang
baru sebatas masjlis taklim dan posyandu.
Tatiek
cepat menganalisa dan menyimpulkan persoalan wanita pedesaan yang
perlu segera dicarikan solusinya adalah isu pernikahan dini dan putus sekolah. Langsung di tahun 2006, ia mendirikan Yayasan KUNTUM Indonesia
(Kreatifitas Usaha Unit Muslimah). Tatiek menjelaskan, “Saya membuat strategi
pembinaan berbagai keterampilan usaha rumahan. Walau saat itu hanya sekedar share
pengetahuan saja.”.
Ibu
dari dua putera dan satu puteri ini menjadi terkesan sebab kegiatannya bisa
berbagi ilmu dan menolong orang-orang yang tidak mampu menjadi mandiri. Dia pun
mengasah kepekaan atas penderitaan yang dialami pihak sekitar. Tatiek pun
memahami psikologi masyarakat pedesaan yang sebetulnya mudah dirangkul asalkan kita
melakukan pendekatan silaturahmi yang baik. Malahan mereka akan bersikap lebih baik
dan sangat bersahabat. Tatiek pun rajin silaturahmi ke semua kalangan, baik tokoh
masyarakat atau kalangan bawah.
Kegiatannya memasuki periode penting
saat di tahun 2009 mendirikan Koperasi Syariah Kampoeng Mandiri berpusat di Balai
Desa Tegal Waru. Harusnya koperasi sebagai tonggak ekonomi masyarakat berjalan
mulus. Tapi halangan selalu datang tanpa diundang, di mana Koperasi Syariah
Kampoeng Mandiri malah gagal bertahan. Penyebabnya, banyak masyarakat yang
belum siap dan amanah terhadap dana yang mereka pinjam.
Tak
berlama-lama merenungi kegagalan koperasi, Tatiek dan suaminya mengagas program
Kampoeng Wisata Bisnis Tegal Waru pada tahun 2010. Ini sebagai wadah penyatuan berbagai unit bisnis
masyarakat se-Desa Tegal Waru dengan memberikan jasa pelatihan wirausaha dan sharing
pengalaman menjalankan bsnis. Proyek ini yang mengalir mulus, banyak wisatawan
yang berdatangan membeli produk berbagai unit usaha Desa Tegal Waru sehingga
omset penjualan produk meningkat drastis. Orang-orang bukan hanya berwisata
tapi juga mendapat manfaat dan belajar keterampilan bidang wirausaha.
Desa Tegal Waru di dataran Gunung Salak Endah Kabupaten Bogor memang unik.
Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dan wirausaha. Dan masing-masing
RW memiliki spesifikasi usaha masyarakat: warga RW 01 warganya memilih
pengrajin anyaman bambu dan bilik, RW 02 terdapat pengrajin pandai besi dan
pesanan golok ukir, RW 03 ini menggarap lahan dengan tanaman obat, buah dan tanaman
hias, RW 04 berbagai industri pembuatan selai
kelapa dan pembiakan ikan patin, briket arang, nata de coco dan hiasan/aksesoris, RW 05 pun terdapat industry tas, pembutan kasur dan batal, peternakan mulai dari sapi, domba, kelinci
dan ayam,
RW 06 masyarakat dominan sebagai pedagang dan tukang bangunan juga budidaya
tanaman DAS (daerah aliran sungai). Segala potensi itu menjadi peluang
pariwisata yang amat unik dan cukup ramai dikunjungi, sebab bukan saja
keindahan alam pegunungan .
Kuntum Organizer yang didirikan
Tatiek bersama rekan-rekan yang menjadi ujung tombak kegiatan di sana. Utamanya
mengadakan program Tour Kampoeng Wisata Bisnis yang tidak saja wisata alam juga mengasah jiwa bisnis dan pemahamanya
tentang sebuah produk berbasis industri rumahan. Programnya di Desa Tegal Waru meliputi: training entrepreneur, charity
creativity dan outbound on the road yang memadukan
berbagai permainan ala kampung dengan model outbound modern. Kita akan
mendapatkan nuansa pedesaan
yang asri plus mendapatkan inspirasi dan ide bisnis.
assalamualaikumm.......sLam kenal bu tatiek
BalasHapussmg semua cerita itu benar adanya...msh banyak orng2 yg berjasa merubah tatiek spt skrng yg dia tidak mau ungkap...
BalasHapussmg semua cerita itu benar adanya...msh banyak orng2 yg berjasa merubah tatiek spt skrng yg dia tidak mau ungkap...
BalasHapusAssalamu'alaykum ibu Tatiek. Salam kenal, saya Maya dari Lampung. Pengalaman yang cukup menginspirasi. Pengalaman ibu mengajarkan saya untuk tidak menyerah ketika satu usaha gagal, maka pasti ada potensi-potensi lain di Desa yang bisa di showup.
BalasHapus