Minggu, 23 Juni 2013, 11:11 WIB
Dia mulai mengundang warga luar untuk melihat dari dekat bagaimana kemandirian warga Desa Tegal Waru dengan usahanya yang heterogen. "Setiap bulan ada sekitar sepuluh kunjungan,"jelasnya.
Kebanyakan, kunjungan didominasi oleh pelajar. Dari anak SD hingga mahasiswa. Sesekali, tutur Tatiek, kaum ibu pun tidak mau ketinggalan untuk ikut belajar dari warga Tegal Waru.
Mereka datang tidak hanya dari Jawa Barat. Pengunjung juga berasal dari Cilegon dan Palembang. Bahkan, beberapa waktu lalu, perwakilan calon pensiunan polisi seluruh Indonesia mengunjungi Tegal Waru. "Mereka belajar untuk berwirausaha setelah pensiun nanti,"ujarnya.
Desa pun kian hidup. Saat ini, ada beberapa restoran dan rumah makan yang dibuka untuk melayani para pengunjung kampung wirausaha. Dari inovasi itu, Tatiek mengaku bisa meningkatkan omzet semua unit usaha di Tegal Waru hingga di angka Rp 2,2 miliar.
Tatiek juga bisa mereguk keuntungan dari pemasarannya lewat situs online. Jika sedang ramai, dalam sebulan, alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) itu mendapatkan bagi hasil hingga mencapai Rp 10 juta. "Berkisar Rp 6 juta hingga Rp 10 juta per bulan,"jelasnya.
Belum lagi dari hasil fee masuk para pengunjung Kampung Wisata Bisnis Tegal Waru. Dengan tiket masuk Rp 25 ribu per orang, Tatiek rata-rata bisa mendapatkan hingga Rp 10 juta. Hanya, pemasukan itu tak disentuh Tatiek. Menurutnya, pendapatan dari KWBT diperuntukkan membayar biaya operasional dan para trainer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar